Oleh: Rendy Setiawan
SETIAP orang yang sudah memakan kerasnya
bangku kuliah hingga memperoleh gelar kesarjanaan, pasti pernah merasakan pahit
manisnya melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN atau kalau boleh
dibilang sebagai kegiatan menyalurkan ilmu ke masyarakat sambil tamasya gratis,
bukan hal yang asing bagi mahasiswa. Termasuk saya. Mungkin saya adalah satu di
antara banyaknya mahasiswa yang merasakan indahnya KKN di bulan Ramadan.
Jika pernah membaca buku “On Heroes,
Hero-Worship, And The Heroic in History” yang ditulis oleh seorang orientalis
bernama Thomas Carlyle, di situ kita akan menemukan bahwa Muhammad SAW, tokoh
kebanggaan umat Islam adalah sosok manusia terbaik yang pernah tinggal di bumi.
Bahkan top ranking ala Carlyle yang dicapai oleh Muhammad SAW mampu
menjungkalkan tokoh sekaliber Napoleon Bonaparte dari Perancis dari posisi
teratas.
...Para pakar bersepakat, tentunya dengan
berbagai tolok ukur untuk mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai manusia teragung
dalam sejarah hidup manusia...
Demikianlah kesimpulan Thomas Carlyle dalam
bukunya dengan menggunakan tolok ukur kepahlawanan.
Pernah melihat seseorang beradu otot hanya
karena membandingkan dua tokoh sensasional dunia sepak bola. Cristiano Ronaldo
dan Lionel Messi. Dua manusia satu zaman ini memang memiliki keunggulan
masing-masing pada seni olah bola dan kerap dibanding-bandingkan.
Atau pernah menyaksikan secara langsung
bagaimana orang-orang beradu argumen mengenai siapakah presiden Indonesia
terbaik sepanjang zaman. Orang yang hidup era Soeharto berkuasa, mayoritas akan
setuju bahwa mantan jenderal itu sebagai salah satu yang terbaik. Atau mereka
yang hidup di zaman Presiden Jokowi, mayoritas akan memuja mantan walikota Solo
itu.
Atau pernah mendengar sendiri orang-orang
saling hina hanya untuk merebutkan siapa posisi terbaik dalam gelaran balapan
Moto GP. Jika dilihat dari jumlah tropi, kita semua sepakat bahwa Valentino Rossi
adalah yang terbaik untuk urusan ini. Tetapi jika dilihat dari klasemen sementara
2017 awal bulan Mei, maka kita semua akan tertuju pada satu nama Maverick
Vinales, seorang Movistar Yamaha yang berhasil duduk di urutan teratas.
Pertanyaannya sederhana. Mengapa itu semua
bisa terjadi? Maka untuk menjawabannya pun sederhana. Setiap orang menganggap
bahwa apa yang dilihat dan apa yang didengar adalah suatu kebenaran dan itu
benar menurut nalar masing-masing, sehingga mayoritas akan dengan mudah menyalahkan
orang lain tanpa dasar yang dibenarkan. Begitu juga sebaliknya.
Ada ungkapan menarik dari seorang Uchiha
Itachi, salah satu tokoh fiksi serial “Naruto”. Mungkin tidak semua orang
setuju. Tapi perlu disimak. “It’s not wise to judge others based on your own
preconceptions and by their apperances” (Tidaklah adil menilai seseorang
dari sudut pandangmu sendiri dan dari penampilan orang tersebut).
Semua itu berawal dari alam pikiran.
Seseorang berpikir bahwa apa yang dipilih berdasarkan
nalarnya tanpa memperhitungkan orang lain akan membawa ketenangan jiwa, tapi
sebenarnya hanya membawa kesenangan sesaat. Seseorang berpikir bahwa dengan
menjungkalkan orang lain dari pijakannya, maka impiannya telah terwujud.
Catatlah di buku harian masing-masing bahwa sebuah
impian hebat yang menjadi kenyataan tidak diraih dengan cara seperti itu!!
Sebuah impian terasa akan sangat dahsyat
apabila berhasil diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata melalui cara yang
dibenarkan. Tak sembarang orang bisa melakukannya. Jika negara-negara Eropa berpikir
bahwa untuk mewujudkan impian itu dengan invasi atau membuat koloni di luar
benuanya, maka Islam menggunakan “dakwah” sebagai ujung tombaknya.
Dakwah bisa dibilang sebagai salah satu
bagian terpenting dalam tubuh perjuangan Islam. Ketika kita tidak mampu
menjelaskan apa itu Islam, maka akan muncul istilah “Islam adalah teroris.” Padahal?
It’s not true... Bahkan sesama muslim saling hantam, enggan merajut tali
ukhuwah. Inilah yang disebut kegagalan dalam dakwah.
Sebagai muslim tentu tidak ingin ini terjadi.
Yang menarik di sini, bukan benar atau salah. Bukan seberapa banyak kita melakukan
kebaikan. Tapi bagaimana mampu memahami dan mengajarkan apa itu Islam. Tidak
akan lagi berdebat siapa yang paling hebat, siapa yang paling kuat, dan siapa
yang paling benar.
Kisah ini bercerita tentang perjalanan dakwah,
kebersamaan, perjuangan, persahabatan, keyakinan dan mudah-mudahan bukan
sekedar menapaki satu kotak bumi kemudian ditinggalkan begitu saja tanpa mau
merawatnya. Sejarah sudah mencatat bahwa ratusan bahkan ribuan tahun lamanya,
Islam tumbuh dan berkembang di Jazirah Arab sampai saat ini. Awal kemunculan
Islam pun tidak mudah dilalui. Semasa Rasulullah masih hidup, banyak perjuangan
dan pengorbanan yang justru dilakukan di Bulan Ramadan.
Perjuangan ini memberikan contoh bahwa usaha
dan doa, utamanya di Bulan Ramadan, mampu memberikan semangat ruh perjuangan di
dalam tubuh kaum muslimin.
Hal ini mirip dengan apa yang digambarkan
oleh Dony Dhirgantoro bahwa seseorang akan mengalami suatu keadaan, kenangan,
dan orang-orang tertentu yang pernah singgah dalam hati kita dan meninggalkan
jejak langkah di hati kita dan kita pun tidak akan pernah sama lagi seperti
sebelumnya.
***
Cerita
ini berawal dari salah satu kampus ternama di Cileungsi, STAI Al-Furqon yang terletak
di ujung kota, mengutus lima mahasiswanya melakukan kegiatan KKN. Awalnya tak
ada yang aneh dari mulai awal perjalannya hingga sampai di salah satu kampung
tempat KKN. Namun lima mahasiswa beda watak dan karakter yang ditugaskan untuk
menyelesaikan KKN di Sukabumi itu pada akhirnya belum mampu mengubah semuanya
karena harus berurusan dengan adat istiadat setempat yang terkenal cukup
terdengar aneh.
Lima mahasiswa itu Randy Darmawan (Randy),
Amrullah (Amru), Khoirul (Irul), Anisa Fitriyani (Anisa), dan Wa Aulia (Au).
Randy Darmawan, dia adalah ketua Tim KKN
Sukabumi. Postur tubuhnya paling besar dan tinggi di antara keempat temannya.
Randy paling suka nonton Arsenal tanding. Tim klasik yang udah 13 tahun tanpa
gelar juara Premier League. Bisa
dibilang, penggemar Five Minutes ini adalah fans Arsenal di permulaan abad ke
21. Kebiasaannya kalau lagi sendiri suka ndengerin musik, nyanyi sendiri.
Kadang malah suka loncat-loncat niru gaya Giring Nidji pas lagi nyanyi.
Salah satu kegemarannya adalah main PES (Pro Evolution Soccer). Game primadona
anak muda jaman sekarang.
Randy paling jago soal sejarah. Kalau lagi
ngomong sama Randy tentang sejarah, mending diem aja. Nggak akan menang, yang
ada omongan lo bisa diedit sama Randy. Maklum, Randy kerjanya selain kuliah, ya
nyari berita. Iya, Randy kerja jadi wartawan.
Randy juga paling suka nonton Naruto. Paling
bisa diajak ngobrol apa aja, yang penting jangan ngomongin mesin sama
itung-itungan. Randy paling males pas udah nomongin dua makhluk yang namanya
mesin sama matematika.
Walaupun posturnya paling bongsor, tapi
usianya bukan yang paling tua.
Amru Amrullah, paling suka film Naruto. Tiap
hari Rabu pasti udah natap layar hp nunggu film Naruto –sekarang ganti jadi Boruto The Next Generation– dirilis.
Beda sama Randy, Amru badannya nggak terlalu tinggi, tapi cukup buat ninju
pohon pisang sampai guling-guling.
Badannya sih boleh kekar, tapi hatinya hello
kity. Pas karakter favoritnya di Naruto mati, yaitu Itachi Uchiha, dibunuh sama
adeknya sendiri, Sasuke Uchiha, laki-laki berambut mowhak itu kesal sama Masashi Kisimoto –pengarang komik Naruto–.
Kan nggak lucu marah sama pembuatnya.
Kalau kerjanya Randy selain kuliah itu nulis,
sementara Amru kerjanya jadi anggota Tim SAR. Amru beberapa kali diikutsertakan
dalam berbagai bencana di Indonesia. Amru ini usianya paling tua, cukup
disegani sama rekan-rekannya.
Khoirul Irul, panggilannya Irul. Tubuhnya
nggak jauh beda kaya Amru, tapi lebih berisian Amru. Irul bisa dibilang idola
para gadis. Iya beberapa gadis SMA pada ndeketin Irul sekedar kenalan, kenal
lebih jauh, atau saling memahami satu sama lain. Wajahnya sih biasa aja, tapi
ada magis tersendiri yang tersimpan di dalam jiwanya.
Salah satu kebiasaan Irul yang paling mudah
diingat teman-temannya adalah suka gonta-ganti handphone atau disingkat hp.
Katanya sih biar paham spesifikasinya. Selain doyan gonta-ganti hp, ada satu
kesamaan Irul sama Randy, yaitu sama-sama suka bola. Bedanya, Irul suka main
PES sama main futsall tapi nggak suka nonton bola. Sementara Randy, suka main
PES sama suka nonton bola tapi nggak terlalu suka main futsall.
Kalau udah ngomongin PES, Irul sama Randy
bisa ribut sampai dunia bergoyang saking ramenya lempar-lemparan bantal.
Kesibukan Irul selain kuliah itu jadi asisten orang-orang penting. Pokoknya itu
kesibukan dia, jangan nanya ngapain aja kerjaannya.
Anisa Fitriyani, panggilannya Anisa.
Kegemarannya nonton drama India. Kalau mau nanya soal film bergenre melankolis,
nanyanya ke Anisa, jangan ke yang lain.
Salah satu yang paling mudah diingat dari
Anisa adalah postur tubuhnya yang mungil, tapi jilbabnya gede. Kebiasannya
selain nonton film, ya baca novel. Bicara soal nilai akademik, Anisa cukup bisa
diandalkan. Apalagi kebiasaannya suka ngomong ngalor-ngidul, siapa aja bisa diajak ngobrol sampai berjam-jam.
Di antara mereka berlima, Anisa bisa dibilang
mahasiswa paling istiqomah soal nilai akademik. Dekat dengan dosen, juga paling
rajin pas ada tugas. Memiliki wajah nggak
terlalu putih tapi manis sedikit oval, udah cukup membuat cowok melayang. Tapi
jangan diganggu, udah ada yang punya soalnya.
Wa Aulia. Tinggalnya paling jauh di antara
mereka berlima. Paling misterius, paling pendiem. Nggak terlalu banyak yang tau soal satu orang ini, jadi jangan
ngarep ada cerita lebih banyak dari
muslimah berjilbab lebar asal Maluku yang satu ini.
***
Meskipun
berada pada satu kabupaten, namun lima mahasiswa satu angkatan ini ditempatkan
di dua tempat berbeda.
Tiga laki-laki ditugaskan di kaki gunung
Gede, sementara dua wanita dikurung di salah satu daerah di lembah Sukabumi.
Dengan personil minim dan wilayah jangkauannya cukup luas. Kegiatan masih tetap
bisa berjalan. Yah walaupun merangkak. Bagi yang pernah ngerasain KKN, pasti
tau sendiri bagaimana nasib mereka.
Tapi itu bukan masalah. Yang terpenting
adalah bisa mendeteksi bagaimana masyarakat sekitar menjalankan kehidupannya,
utamanya dalam urusan agama. Lalu apa yang bisa mereka perbuat dan apa yang
bisa mereka berikan. Selain KKN, itu jadi salah satu alasan mereka datang
kemari...
Tujuan mereka sedikit berubah halauan ketika
salah seorang tokoh di tempat KKN menceritakan tentang kondisi wilayah itu. Orang-orang
memanggilnya Apih. Apih bercerita bahwa di tempat itu setiap waktu adzan tiba,
hanya mendengar suara adzan dari Masjid Al-Furqon Sukabumi. Masyarakat di sini,
khususnya yang muslim, mayoritas aspek. Muslimahnya menurut adat di sini, haram
datang ke masjid. Itu aib. Ini menjadi tantangan bagi kelompok Randy untuk
menyelidiki lebih jauh.
Dua tahun lalu, ketika Apih baru datang
kemari, masyarakat setempat menganggapnya orang Persis, Wahabi dan julukan
semisalnya. Membawa ajaran baru yang menurut mereka berbeda dari apa yang
selama ini mereka pahami. Pemuda di sini juga seperti itu. Mereka jauh dari
masjid. Setiap bertemu mereka, Apih bilang sering untuk mengajak mereka. Tapi
jawaban mereka selalu diiringi penolakan.
Pada kesempatan yang lain, ketika Hj. Wiwin,
pemilik rumah yang mereka tempatin ngadain acara. Banyak masyarakat sekitar
yang datang. Sampai penuh masjidnya. Acara itu diselenggarakan hingga waktu
adzan Maghrib tiba. Bukannya mereka sholat dulu, malah mereka langsung pulang
ke rumah masing-masing. Termasuk Ketua RT nya.
Dari cerita-cerita yang beredar itu, Randy,
Amru dan Irul berinisiatif membongkar kebiasaan yang sedikit ‘berbeda’ dari
kebiasaan masyarakat umumnya.
“Ini sekedar berbagi pengalaman. Bukan
bermaksud membuka aib orang. Biar kalian ngerti seperti inilah kondisi kampung
ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar